Senin, 27 Oktober 2008

Pemuda Indonesia dalam Takaran Sejarah

Tidak ada yang bisa melupakan peristiwa bersejarah yakni sumpah pemuda yang didengungkan sekitar 80 tahun yag lalu,peristiwa heroik penuh dengan semangat perjuangan yang sama. Semangat perjuangan yang pada akhirnya menghasilkan kemerdekaan Indonesia 17 tahun kemudian dan itupun merupakan peran pemuda dalam takaran sejarah emas Indonesia.
Saat ini Indonesia butuh sesuatu yang karya orisinil dari anak bangsa, mungkin mulai dari keeratan diantara sesama dan juga karya-karya masterpiece yang mempesona dunia. Tak ada yang mampu menghancurkan embrio kepahlawanan pemuda selain ketidakwujudan embrio kephlawanan itu dari tubuh pemuda bangsa ini. Kini peran-peran kepahlawanan pemuda bangsa ini sudah tak namapk alias sudah sama-samar, mulai dari kejumudan peran pelajar atau mahasiswa dalam mengisi setiap jengkal kehidupan.
Sejarah adalah sesuatu yang tak bisa kita hindari, karena kemarin adalah sesuatu yang menjadi sejarah. Maka orang-orang yang benci sejarah,menurut saya adalah (maaf) orang-orang yang tak mau berjalan untuk masa depan. Mengapa? Karena ia telah melewati sejarah setiap saat, dan karena waktu yang tersisa itupun akan menjadi sejarah dalam kehidupannya. Namun jangan juga kita menjadi orang-orang yang terus membanggakan sejarah tanpa mampu mengambil hikmah, ketika itu terjadi maka ia hanya akan menjadi orang-orang masa lalu. Lalu bagaimana seharusnya? Menurut saya seharusnya kita harus mampu menjadi orang-orang yang mampu mengambil pelajaran dan melihat waktu tersisa sebagai sebuah ruang-ruang sejarah yang akan kita isi. Apakah itu dengan karya-karya kita yang bisa dinikmati orang lain (mampu menjadi manusia bermanfaat) atau hal-hal negatif yang merugikan. Dan ingatlah meski kita menganggap bahwa apa yang kita lakukan itu tak berdampak pada diri kita, sejujurnya itu adalah gambaran bahwa orang tersebut sedng tidak sadar bahwa ia sedang menimbun sejarah yang akan ditujukan kepada kita.
Jiwa-jiwa pemuda yang mampu keluar dari stigma sempit menuju pencerahan, akan keluar menjadi pemimpin masa depan atau bahasa lain adalah the next leader. Itulah yang saat ini susah dicari. Banyak yang berfikir bahwa menjadi pemikir berada di bangsa tak ada artinya adalah sebuah kesalahan besar, karena setiap bangsa harus selalu memiliki stok pemikir. Lalu ada yang berpendapat bukankah sudah banyak “pakar” di negeri ini sehingga kita tidak perlu lagi? Sekarang yang dibutuhkan adalah para praktisi. Hm..memang terlihat ilmiah argumen itu, tapi coba kita kembali berfikir bahwa para “pakar “ di negeri ini sebagaian besar adalah pakar-pakar parsial atau bahasa lain pokoknya agar terlihat rumit maka itulah “pakar”. Jika anda berfikir demikian juga, maka anda sudah termasuk orang-orang yang selalu menjadi pengekor dan selalu tak bisa menjawab secara utuh. Itulah argumen sebagaian besar masyarakat bangsa ini,dan pemuda-pemuda bangsa saat ini yang dikemudian hari menjadi pemimpin negeri ini selalu bersifat inferior. Kita saat ini sedang menunggu sosok-sosok pemuda cerdas dan berani agar memang benar-benar menjadi pakar yang memang betul-betul dirasakan.
Dalam tulisan kali ini, saya hanya ingin menegaskan pada sebuah kata-kata yakni jika kita ingin mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur maka dibutuhkan pemuda-pemuda yang selalu siap mengisi ruang-ruang waktu tersisa dan sadar bahwa ia sedang merancang sejarahnya kelak juga ia secara cerdas mampu mengambil hikmah dari sejarah-sejarah yang sudah terlewati. Dan mungkin salah satu yang akan diwujukan sejarah itu adalah kesadaran untuk berbuat.Bravo..pemuda salam perubahan..
by: brother ridwan (diterbitkan di kran Raka edisi kamis 23 oktber 2008)

Tidak ada komentar: